LULUK ROSIDA
201110104205
Persalinan Preterm dan Persalinan
Postterm
A. Persalinan
Preterm
1. Definisi
Persalinan preterm
adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu, ( Mansjoer Arif,dkk,2001:
274). Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram termasuk dalam
kategori berat badan lahir rendah, (http://www.g-excess.com/4605/kelahiran-prematur-komplikasi-dan-penyulit-dalam-kehamilan/).
2. Etiologi
Etiologi dari
persalinan preterm sering tidak diketahui. Ada beberapa hal yang dapat
menimbulkan persalinan preterm:
a. Kelahiran
prematur elektif
Hal ini diakibatkan
karena preeklamsi berat, penyakit ginjal maternal, IUGR. Produk kehamilan ini
mempunyai komplikasi paling rendah.
b. KPD
Insidennya kira-kira
20% dari total persalinan preterm.
c. Kehamilan
dengan komplikasi kegawat daruratan
Komplikasi tersebut
meliputi solusio plasenta, eklampsia, resus iso imunisasi, infeksi maternal
atau prolapsus tali pusat. Kelompok ini kira-kira berjumlah 20 % dari kehaliran
preterm.
d. Persalinan
preterm spontan tanpa komplikasi yang tidak diketahui penyebabnya
Kelompok
ini berjumlah paling besar sampai 40 % dari kelahiran prematur.
3. Faktor
Risiko
Faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya persalinan prematerm adalah:
a. Faktor
biological/medik
a)
Umur kurang dari 15 tahun atau lebih
dari 35 tahun
b)
Berat badan rendah (kurang dari 50 kg
saat konsepsi)
c)
Riwayat hipertensi, penyakit ginjal atau
dm
d)
Infeksi umum terutama virus
b. Riwayat
reproduksi
Riwayat
kelahiran preterm sebelumnya. Jika wanita mempunyai riwayat lebih dari 2 kali
melahirkan bayi preterm. Dia mempunyai resiko untuk terjadi kelahiran preterm
70% pada kehamilan ini. Perdarahan pada kehamilan sebelumnya, abnormalitas
uterus; 35% wanita dengan incompeten servik akan melahirkan preterm dan 19%
wanita dengan uterus bicornis, unicornis atau didelphic akan melahirkan sebelum
umur kehamilan 37 minggu.
c. Kehamilan
saat ini
a) Peningkatan
berat badan yang tidak adekuat
b) Perdarahan
c) Akdr
masih berada di dalam rahim
d) Pembedahan
abdomen
e) Infeksi
terutama pielonefritis
f) Infeksi
saluran genital terutama vaginitis non spesifik, vaginosis bakterial, klamedia
dan streptokokus hemolitik b. Organisme ini terdapat pada 5% wanita dan
berhubungan dengan terjadinya kpd. Amnionitis disebabkan karena infeksi traktus
genital dapat menstimilasi pelepasan prostaglandin dan hal ini dapat
menyebabkan mulainya persalinan
g) Kehamilan
ganda. 46% melahirkan preterm
h) Polihidramnion
i) Malformasi
fetus
j) Penyakit
resus
k) Kematian
fetus
d. Sosial
ekonomi
a)
Kemiskinan dan sosial yang rendah
persalinan preterm biasa terjadi pada wanita dari kelompok sosial ekonomi yang
rendah.
b)
Status pernikahan, persalinan preterm
sering terjadi pada wanita yang tidak menikah
c)
Pekerja, meliputi pekerja fisik yang
berat
e. Psikologi
Psikologi distres
dihubungan dengan kelahiran preterm.
f. Adat
istiadat atau kebiasaan
a) Merokok,
pemakai obat-obatan terlarang dan alkohol
b) Jarak
antar kehamilan pendek
c) Terlambat
anc
d) Tidak
melakukan ANC
4. Patofisiologi
Menurut
Mansjoer Arif, dkk, persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor
resiko mayor atau minor.
Faktor
risiko minor adalah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
per hari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I
lebih dari 2 kali.
Faktor
risiko mayor adalah kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada
trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas
uterus. Cermin Dunia Kedokteran No.
14520, 04 31
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih
faktor risiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor risiko minor atau bila
ditemukan keduanya.
5. Diagnosis
dan Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnosis:
1)
Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu
lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2)
Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan
dengan pemeriksaan inspekulo adanya pembukaan dan servisitis
3)
Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa
serviks telah mendatar 50-80%, atau sedikitnya 2 cm
4)
Selaput ketuban seringkali telah pecah
5)
Merasakan gejala seperti rasa kaku di
perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri bagian
belakang
6)
Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin
bercampur darah
Pemeriksaan penunjang (obgynacea,2009) n
kapita selekta (mansjoer arif dkk 2001)
1)
Pemeriksaan laboratorium
·
Darah rutin, kimia darah, golongan darah
ABO, faktor rhesus
·
Urinalisis, kultur urine
·
Bakteriologi vagina
·
Amniosentesis : untuk melihat kematangan
beberapa organ janin, seperti rasio lesitin-sfingomielin, surfaktan
·
Gas & ph darah janin
2)
Pemeriksaan USG
Untuk
mengetahui usia gestasi, jumlah janin, aktifitas biofisik, cacat kongenital,
letak & maturasi plasenta, volume cairan ketuban, dan kelainan uterus.
3)
Pemeriksaan CTG
Untuk
memeriksa kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi.
6. Penatalaksanaan
Awal
a. Segera
lakukan penilaian tentang :
· Usia
gestasi (untuk menentukan prognosis)
· Demam
ada/tidak
· Kondisi
janin (jumlah, letak, presentasi, TBJ, hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital,
dll)
· Letak
plasenta (perlukah SC?)
· Kesiapan
untuk menangani bayi prematur
b. Tentukan
kemungkinan penanganan selanjutnya (ada 3)
· Pertahankan
kehamilan, sehingga janin dapat lahir mendekati aterm
· Tunda
2-3 hari, untuk memberikan pematangan paru janin
· Biarkan
terjadi persalinan (tokolitik tidal berguna, persalinan lebih baik untuk
ibu/janin)
Penanganan Persalinan Pretern
Penanganan Umum
1.
Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.
2.
Upayakan melakukan konfirmasi umur
kehamilan bayi.
Prinsip Penanganan.
1.
Coba hentikan kontraksi uterus atau
penundaan kehamilan atau.
2.
Persalinan berjalan terus dan siapkan
penanganan selanjutnya, ( Saifuddin et.al., 2002 : 302 ).
7. Penatalaksanaan
Setiap persalinan
preterm harus dirujuk ke RS, cari apakah ada faktor penyulit, dinilai apakah
termasuk risiko tinggi atau rendah.
· Sebelum
dirujuk, berikan air minum 1000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah
kontraksi berhenti atau tidak.
· Bila
kontraksi masih berlanjut, berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg
peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin10 mg peroral dosis
tunggal sebagai pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal
sebagai pilihan ketiga.
· Bila
pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak minum, tidak
diperbolehkan bersengama. Pasien diberi tokolitik seperti fenoterol 5 mg
peroral tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg tiap 4 jam atau ibuprofen 400 mg peroral
tiap 8 jam sampai 2 hari bebas kontraksi.
· Persalinan
tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, koriamnionitis,
perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relatif (gestosis,
diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan pembukaan serviks 4 cm).
Penatalaksanaan
di rumah sakit :
· Observasi
pasien selama 30-60 menit. Penatalaksanaan tergantung kontraksi uterus serta
dilatasi dan pembukaan serviks.
a. Hidrasi
dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9% : dekstrosa 5% atau ringer laktat :
dekstrosa 5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 8-12 mg intramuskular
selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin.
b. Pasien
kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
Kelompok I : Pembukaan
serviks terus berlangsung maka diberikan tokoitis.
Kelompok II : Tidak ada
perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan
tokolisis.
Kelompok III : Tidak
ada perubahan pembukaan dan kotraksi uterus berkurang maka pasien hanya
diobservasi.
· Berikan
tokolitik bila janin dalam keadaan baik, kehamilan 20-37 minggu, pembukaan
serviks kurang dari 4 cm, dan selaput ketuban masih ada. Jenis tokolitik adalah
betamimetik adrenergik, magnesium sulfat 4 g (200 ml MgSO4 10% dalam
800 ml dekstrosa 5 % dengan tetesan 100 ml/jam), etil alkohol, dan
glukokortikoid (contoh deksametason 12 mg per hari selama 3 hari.
8. Komplikasi
Pada ibu, setelah
persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan
sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.
Bayi-bayi preterm
memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa
bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4
kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing
enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
9. Prognosis
Pada pusat pelayanan
yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat 2000-2500
g mempunyai harapan hidup lebih dari 97%, 1500-2000 g lebih dari 90%, dan
1000-1500 g sebesar 65-80%, (mansjoer arif, dkk, 2001).
10.Kewenangan
Bidan
B. Persalinan
Posterm
1. Definisi
Persalinan posterm
adalah persalinan yang terjadi melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Diagnosis usia kehamilannya lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan
usia kehamilan, seperti rumus naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial.
2. Etiologi
Tidak timbulnya his
karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, dan kerentanan akan stres.
3. Manifestasi
klinis
· Keadaan
klinis yang dapat ditemukan adalah gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang
dari 10 kali/20 menit.
· Pada
bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium
I : Kulit kehilangan verniks kaseosa
dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium
II : Seperti stadium I disertai
pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
c. Stadium
III : Sepeti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
4. Pemeriksaan
penunjang
· USG
untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG
untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Penilaian warna air ketuban dengan
amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau
tidakdan tes tekanan oksitosin).
· Pemeriksaan
sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik lebih dari 20%.
5. Penatalaksanaan
Bila keadaan janin baik
:
· Tunda
pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dngan menilai gerakan janin dan tes tanpa
tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera lakukan SC.
· Induksi
persalinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar